Posted by : tessarishak
Jumat, 29 April 2016
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern ini, masalah
etika di Indonesia mulai mengalami penurunan. Sebagian besar masyarakat mulai
mengabaikan persoalan erikanya. Terutama etika dalam pergaulan. Hal ini terjadi
di akibatkan masuknya ajaran-ajaran barat yang akhirnya mengikis ada budaya
masyarakat Indonesia secara perlahan-perlahan.
Etika adalah sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud. Nilai yang terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat,
wejangan peraturan, perintah dan semacamnya. Pada dasarnya memberi kita
orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini.

B. Rumusan Masalah
- Defenisi etika
- Pembagian etika
- Sistematika etika
- Pendapat dan aliran dalam etika
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika adalah sebuah refleksi
kritis dan moral yang menentukan dan terwujud dalam sikp dan dola perilaku
hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok.
Menurut Magnis Suseno, etika
adalah sebuah ilmu dan bukan suatu ajaran.
Moralitas adalah sistem nilai
tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai
ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan
peraturan, perintah dan semacamnya yang bersifat turun temurun.
Jadi moralitas adalah petunjuk
konkrit yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup sedangkan etika
adalah perwujudan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu.
Pada dasarnya keduanya memberi
kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini.
Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan “inilah caranya harus melangkah”,
Sedangkan etika justru mempersoalkan “apakah harus
melangkah dengan cara ini dan mengapa harus dengan cara ini”
B. Pembagian Etika
Dalam kaitannya dengan nilai
dan norma, kita menemukan 2 macam etika:
v Etika deskriptif, berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni
mengenai nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan
situasi dan realitas konkrit yang membudaya
v Etika normatif, berbicara mengenai norma-norma yang menentukan
tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk
bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Perbedaannya adalah etika
deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
perilaku dan sikap yang mau diambil sedangkan etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
diputuskan.
Secara umum norma dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
v Norma khusus, contohnya bermain bola
v Norma umum, terdiri dari:
Ø Norma sopan santun, contohnya cara bertemu, makan, duduk dan
sebagainya
Ø Norma hukum, lebih tegas dan pasti karena dijamin oleh hukum
terhadap para penggarnya
Ø Norma moral, yakni aturan mengenai sikap dan perilaku manusia
sebagai manusia. Penilaiannya bukan berdasarkan profesi tetapi manusia yang
menjalankan profesi tertentu.
C. Sistematika Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:
v Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur
dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.
v Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan
yang didasari olah cara, teori dan prinsip moral dasar”
Ø Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri
Ø Etika sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota manusia
D. Pendapat dan Aliran dalam Etika
- Etika Deontology
Deontolgi berarti kewajiban
(duty) maksudnya bahwa manusia ditekankan untuk berbuat baik. Menurut etika ini
suatu tindakan dikatakan baik bukan nilai berdasarkan akibat atau tujuan baik
dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada
dirinya sendiri.
Menurut Immanuel Kant (1764 –
1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa
pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu
dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya.
Ada 2 pokok yang ditekankan
oleh Kant:
v Tidak ada di dunia ini yang dianggap baik tanpa kualifikasi
kecuali kemauan baik.
v Tindakan yang baik adalah tindakan yang dijalankan demi kewajiban.
- Etika Teleologis
Teori ini mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai atau berdasarkan
akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.
Ada 2 aliran etika teleologis
v Egoism
Menurut aliran yang dapat
dinilai baik itu adalah sesuatu yang memberi mandaat bagi kepentingan diri,
kepada vakunya. Sebab itu orang seperti ini disebut egoisme
v Utilitarianisme
Paham ini menilai baik dan
tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau
faedah yang didatangkannya.
Dikenalkan ada 2 jenis yaitu:
Ø Utilisme Individual
Paham ini menganggap seseorang boleh
bersikap sesuai dengan situasi yang menguntungkan dirinya. Jadi boleh
berpura-pura hormat, bersikap menjilat asalkan perbuatan membwa keuntungan bagi
individu
Ø Utilisme Sosial
Paham ini beranggapan
demi untuk kepentingan orang banyak tidak ada berdusta, tidak apa
bermulut manis. Dipakai dalam kelangkaan politis atau diplomatik
Egoism menilai baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari tindakan bagi diri sendiri,
sedangkan utilisme menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan
akibat dari tindakan bagi banyak orang
- Universitas
Berarti umum. Universalisme
sebagai ajaran etika berarti sesuatu dapat dinilai baik bila dapat memberikan
kebaikan kepada orang banyak. Universalisem berarti memikirkan kepentingan umum
dimana kepentingan individu tidak terpadat di dalamnya.
- Intuitionisme
Berasal dari kata intuition:
ilham, bisikan kalbu. Paham ini berpendapat bahwa baik buruknya atau susah
tidaknya dapat merupakan suatu pertimbangan rasa yang timbul dari bisikan
kalbu. Bukan merupakan pemikiran secara analisis tapi dengan jalan perenungan
dan semadi.
Menurut psikologi dan
sosiologi, ada 2 sumber kekuatan yang mempengaruhi perbuatan dan kelakuan
seseorang:
Ø Ekstern : pengaruh pergaulan, ajaran/pendidikan,
kebudayaan
Ø Intern : pengaruh cara berpikir, karsa/kemauan,
insting, dan kejiwaan.
- Hedonism
Berasal dari kiat hedone :
pleasure : kesenangan. Prinsipnya bahwa sesuatu dianggap baik sesuai dengan
kesenangan yang didatangkan. Jadi semua yang mendatangkan kesusahan dianggap
tidak baik.
Pengatnut ajaran ini biasanya
boros dan memburu kesenangan tanpa melihat halal-haramnya
- Eudemonisme
Berasal dari kata eudaemonisme
: happy : bahagia, dengan menitik beratkan pada rasa.
Prinsip ajaran menilai baik buruk
sesuatu berdasarkan ada tidaknya kebahagiaan yang didatangkan. Walau menempuh
jalan yang susah tapi didapatkan perasaan bahagia maka cara ini dianggap baik
oleh aliran ini.
- Altruisem
Berasal dari kata alteri :
others : prinsipnya mengutamakan kepentingan orang sebagai lawan kepentingan
diri sendiri.
- Tradisional
Berasal dari kata tradisional :
kebiasaan, adat-istiadat. Menurut paham ini susah tidaknya dinilai dari sebagai
kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku. Apa yang memperkukuh tradisi
dianggap baik dan yang menentang dianggap tidak baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika adalah sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud
dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun
kelompok.
Dalam kaitannya dengan nilai
dan norma, kita menemukan 2 macam etika, yaitu etika deskriptif dan etika
normatif. Adapun sistematika etika juga di bagi menjadi 2 kategori, yaitu etika
umum dan etika khusus.
Sedangkan pendapat dan aliran
dalam etika terbagi atas 8 bagian, yaitu:
- Etika edontologi
- Etika teleologis
- Etika universalisme
- Etika intunisionisme
- Etika hedonism
- Etika eudemonisme
- Etika altruisme
- Etika tradisionalisme
B. Saran
Dalam pergaulan sehari-hari di
kita dituntut memiliki etika yang baik agar dapat hidup berdampingan secara
damai dan harmonis dengan orang lain yang memiliki adat, budaya, suku, ras,
agama dan keyakinan yang berbeda dengan kita.

