Posted by : tessarishak Jumat, 17 Juni 2016



1. Pengertian Religiusitas 
Secara bahasa ada tiga istilah yang masing-masing kata tersebut memilki perbedaan arti yakni religi, religiusitas dan religius. Religi berasal dari kata religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia. Religiusitas berasal dari kata religiosity yang berarti keshalihan, pengabdian yang besar pada agama. Religiusitas berasal dari religious yang berkenaan dengan religi atau sifat religi yang melekat pada diri seseorang. 
2. Pengertian Perilaku Sosial 

     Menurut Rusli Ibrahim (2001), Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain, dimana saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat. 

    Pembentukan perilaku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang peranan yang cukup penting. Situasi sosial diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi social dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani. 


Contohnya :

Pondok  pesantren  merupakan  salah  satu  lembaga  pendidikan  yang
memadukan ilmu agama dengan ilmu umum sehingga suasananya lebih islami
menjadikan   manusia   lebih   tangguh   dalam   menghadapi   arus   kehidupan.
Fenomena dan ke
cenderungan kehidupan di pondok pesantren akhir
-
akhir ini
sangat  dipengaruhi  oleh  pesatnya  kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi
dengan segala dampaknya, baik yang bernilai positif maupun negatif. Hal itu
pula  yang  telah  mendorong  terjadinya  arus  globali
sasi  yang  mengalir  di
pesantren  sehingga  membuahkan  berbagai  implikasi  yang  demikian  luas  di
semua aspek kehidupan santri.
Seiring  dengan  majunya  teknologi,  informasi  dan  arus  globalisasi
tersebut para santri dihadapkan pada berbagai benturan yang ada, bai
k sosial,
ekonomi,  budaya,  dan  sebagainya.  Sehingga  timbul  rasa  tidak  percaya  diri,
tidak bahagia, cemas, depresi, dan kesepian.
Pada  dasarnya  setiap  orang  normal  senantiasa  menginginkan  dirinya
menjadi  orang  berguna  dan  berharga  baik  bagi  dirinya  sendiri
,  keluarganya,
dan  lingkungan  masyarakatnya.  Keinginan  tersebut  menggambarkan  hasrat
yang paling mendasar bagi para santri yaitu hasrat untuk hidup bermakna.
Keinginan untuk hidup lebih berarti memang benar
-
benar merupakan
motivasi  utama  bagi  para  santri.
Hasrat  inilah  yang  mendasari  berbagai

kegiatan  misalnya  belajar  dan  berkarya  agar  kehidupannya  bermanfaat  bagi
sesama.
Hasrat untuk hidup bermakna merupakan suatu kenyataan yang benar
-
benar  ada  dan  dirasakan  dalam  kehidupan  setiap  santri.  Sebagai  motivasi
utama hasrat ini mendambakan diri menjadi pribadi yang martabat, terhormat
dan berharga dengan kegiatan
-
kegiatan  yang terarah pada tujuan hidup yang
jelas dan bermakna pula.
Hasrat  untuk  hidup  bermakna  akan  menimbulkan  perasaan  bahagia.
Sebaliknya   bila   has
rat   tidak   terpenuhi   akan   mengakibatkan   terjadinya
kekecewaan hidup dan penghayatan diri tidak bermakna, apabila berlarut
-
larut
akan menimbulkan berbagai perasaan dan penyesuaian diri yang menghambat
pengembangan pribadi dan harga diri
(Laili Rachmah,2003:59).
Makna hidup harus dicari dan ditemukan oleh diri kita sendiri. Selain
berkarya,  Ibadah  merupakan  salah  satu  metode  santriwati  untuk  membuka
pandangan  akan  nilai

nilai  potensi  dan  makna  hidup  yang  terdapat  dalam
individu. Sesuai  dengan  pendapat  Frankl yang  dikutip  oleh  Hanna  DjumhanaBastaman(1995:194) bahwa makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang.
Makna   hidup   bila   berhasil   ditemukan   dan   dipenuhi   akan   menyebabkan
Kehidupan ini   dirasakan   sangat   berarti,   kemudian   akan   menimbulkan
kebahagiaan.  Dengan  demikian  dapat  dikatakan  bahwa  kebahagiaan  adalah
akibat dari keberhasilan seseorang memenuhi arti hidupnya.






Kebermaknaan Hidup
Makna hidup (the meaning of life) adalah motivasi, tujuan, dandambaan yang harus diraih oleh
setiap orang. Victor E. Frankl seorang tokoh psikologi eksistensial dalam konsep logoterapinya
mengatakan bahwa kebermaknaan hidup disebut sebagai kualitas penghayatan individu
terhadap seberapa besar ia dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang dimilikinya, dan seberapa jauh ia telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna atau arti kepada kehidupannya (Bastaman, 2007:76).

Makna hidup dapat ditemukan melalui berbagai cara, untuk
menemukan makna hidup Crumbaugh menggunakan metode logoananlisis
yakni self evalution, action as if, establishing an encounter, searching for
meaningful values. Metode tersebut akhirnya dimodifikasi oleh Bastaman
menjadi lima ragam metode dan dinamakan “Panca Cara Temuan Makna”,
yakni (1) Pemahaman Diri, (2) Bertindak Positif, (3) Pengakraban
Hubungan, (4) Pendalaman Catur Nilai, (5) Ibadah.
Santriwati
Kata Pesantren berasal dari kata “santri” yang diberi awalan pedan
akhiran -an menjadi Pesantrian (Pesantren) berarti tempat tinggal para
santri, sedangkan santri adalah orang yang menuntut ilmu agama Islam.
Kata santriwati berasal dari kata santri dan wati, wati berarti menunjukkan
komunitas wanita. Jadi jika digabungkan kata santriwati berarti komunitas
wanita yang menuntut ilmu agama.
Awalnya istilah santri adalah pelajar atau pengikut sekolah Islam
yang disebut pesantren. Namun, kemudian istilah tersebut digunakan
untuk menamai kelas dalam masyarakat Jawa yang berislam kuat, yang
dioposisikan dengan abangan dan priyayi. Dengan adanya pengaruh
budaya lokal, timbul pula percabangan dalam Islam di Jawa: Islam Jawa
yang bersifat sinkretik, dan Islam modernis yang puritan. Santri secara
sadar mengidentifikasikan diri mereka sebagai Muslim, dan berusaha
sebisa mungkin menjalani hidup sesuai dengan pemahaman mereka sendiri
terhadap Islam, baik berupa Islam tradisional yang sinkretik, Islam kaum
modernis yang puritan, atau campuran keduanya. (Sejarah
santri.http:ibd.wordpress.com. 19:01:09.07:43).



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Learn IT - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -